Kegemaran membaca tak hanya membuat anak-anak paham banyak ilmu, tapi juga bisa menumbuhkan kesenangan dan kepuasan diri. Membaca untuk kesenangan terbukti berpengaruh kuat pada pengembangan kosakata, keterampilan mengeja hingga matematika.
Selama ini, kegiatan membaca untuk kesenangan banyak dilakukan di sekolah, melibatkan guru sebagai mentornya. Lalu, bagaimana saat pandemi Covid-19, dimana banyak sekolah mengalihkan proses pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau online?
Sebuah proyek penelitian berjudul “Just Read” yang dilakukan di Queenwood School for Girls di Sydney, Australia bisa menjadi panduan sekolah-sekolah di Indonesia untuk membangun budaya dan kecintaan siswa membaca selama pandemi Covid-19.
Memasukkan bacaan harian ke dalam jadwal belajar di rumah
Saat memulai proyek “Just Read” pada Januari 2020, Komite Literasi Queenwood optimistis program ini bisa membangun budaya membaca di sekolah.
Hal ini beralasan karena proyek yang mendapat hibah penelitian dari Asosiasi Sekolah Independen ini telah direncanakan sangat matang. Bahkan, proyek ini dimentori oleh pakar literasi terkemuka dari Universitas Edith Cowan, Dr Margaret Merga.
Direktur Kurikulum Sekolah Menengah, Vanessa Collins mengungkapkan, penelitian ini menyasar siswa mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga kelas 11. Setiap hari, para guru dan siswa diminta membaca dalam hati secara berkelanjutan atau atau Sustained Silent Reading (SSR). Bahan bacaan diserahkan sesuai kesenangan siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar